Saturday, January 5, 2008

"The Race to The Top"


Di Indonesia sekarang ini, saya banyak melihat suatu fenomena dalam pembangunan gedung yang semakin lama, menginginkan suatu penonjolan diri dari sebuah gedung baik itu dari desain maupun ukuran fisik bangun tersebut...
Bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2007, masih datar - datar saja, jikapun itu naik, tidak ada peningkatan yang signifikan, hanyalah sekitar 1-3 % dan belum mencapai angka 2 digit..
tetapi marilah kita lihat jika kita melihat suatu bangunan tinggi yang megah dan anggap saja, pemilik bangunan tersebut meminta seorang arsitek terkenal dan handal dalam bidangnya itu, tentu pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit...
Fenomena bangunan tinggi di Jakarta juga merupakan salah satu hal yang bisa dimaklumi karena dengan harga tanah yang mahal dan kesediaan lahan yang makin minim, akan tetapi saya kira ada 1 hal yang dituju pada pembangunan tersebut yaitu KONSISTENSI...
Mari kita lihat, beberapa contoh yang ada :
Mall Taman Anggrek yang merupakan proyek mixed-use bisa dikatakan menjadi "trend" masa kini yang sering diikuti oleh beberapa developer, lalu apartemen Mediterania di kawasan grogol apartemen 4 tower, lalu yang baru seperti Gandaria Heights, apartemen dan Rumah susun di Kawasan Kemayoran, Da Vinci Tower dengan desain yang "Ornament Oriented" dengan meghadirkan prestisius tersendiri, Lalu juga yang sedang pembangunan seperti Regatta, yang dibangun di tanah reklamasi serta memakai konsultan luar negeri yang juga merancang salah satu hotel termewah di Dubai, Burj Al Arab dan menggangap regatta akan menjadi icon jakarta..

apakah jakarta butuh icon??pertanyaan ini pernah diajukan oleh Pak Bianpoen dalam kuliahnya, dan tentu jawabannya bervariasi. tergantung darimana sisinya dilihat oleh orang. ada yang menjawab perlu dan ada yang menjawab dengan yakin, akan tidak perlunya suatu icon

Semuaya seolah berlomba - lomba dalam menciptakan suatu posisi mereka dalam persaingan global walaupun bidang yang mereka anuti berbeda - beda. Salah satu kampus di Indonesia seperti Untar yang didsain oleh arsitek Ridwan Kamil dapat merubah visi dari kampus itu sendiri menjadi "The Learning Gateway", walaupun bangunan itu berada dalam kampus tetapi ditujukan juga bagi pengembangan bisnis yang diwujudkan dalam kantor.

Contoh dari foto di atas, Di Kawasan Sudirman yang merupakan CBD Jakarta, mempunyai puluhan bangunan tinggi yang membuat kita sangat kecil jika berjalan dibawahnya, akan tetapi apakah kita mengetahui dari pemakaian bangunan tersebut??apakah sebagai suatu kebutuhan??ataukah didalamnya ada suatu wujud "penegasan Diri" dalam bangunan?? sebut saja BNI 46 ataupun Menara Matahari yang ada di Karawaci.

Petumbuhan bangunan tinggi ini, akankah selaras dengan pertumbuhan ekonomi di Jakarta atau Indonesia???seakan jika kita melewati kawasan sudirman, wajah kota megapolis dapat dilihat denga jelas disana, diyakinkan juga dengan mal high class seperti EX, Plaza Indonesia, Senayan City dan hadirnya yang baru seperti Pacific Place dan Grand Indonesia, yang ditujukan bagi kalangan eksekutif dan atas...
berbanding terbalik dengan jika kita melewati kawasan, anggap saja Manggarai, Senen yang kawasan tersebut tidak diperlakukan seperti kawasan Sudirman...walaupun mempunyai nilai sejarah yang khas seperti kawasan sudirman....
yah cukup menjadi suatu Kontras, dalam jakarta mempunyai suatu wajah yang sangat lain.
Fenomena bangunan tinggi di Jakarta memang akan selalu berlanjut walaupun pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cenderung turun tetapi pihak swasta masih menginginkan petumbuhan tersebut melalui bangunan tinggi tersebut....



enough said.....

1 comment:

Raynata... said...

silahkan dihitung..kawasan sudirman-thamrin harga tanahnya 15jt+++/m2 dan daerah suburb macam tangerang berada pada kisaran 2jt-an/m2..

apakah visible secara ekonomi membangun bentang lebar di atas tanah dengan harga 15jt/m2?

atma jaya bikin bangunan beberapa belas lantai juga bukan tanpa alasan kayaknya..walau kenyataannya yang seperti itu sangat tidak efektif untuk perkuliahan..

kayaknya pertimbangan ekonominya jelas banget...dan masalah kepentingan lainnya yang datang bersamaan dengan pembangunan itu rasanya sah-sah saja..